Renungan bersama Imam Chanafi

Manusia dan Kebesarannya       

Sempatkanlah

Rukuk, Sujud dan Serahkanlah biar Dibersihkan

Bila dibandingkan dengan seluruh makhluk Allah kita ini termasuk makhluk yang sangat kecil, apalagi bila dibandingkan dengan seluruh alam dan tata surya yang ada lalu dilihat dari lepas galaxy maka jangankan kita, bumi yang kita pijak inipun hanya Nampak seperti sebutir pasir, sangat kecil sekali bahkan bisa dibilang tidak tampak. Anehnya, Allah mempercayakan tugas perawatan bumi ini kepada manusia, bahkan menyatakan bahwa seluruh yang diciptakan di dalam bumi ini untuk manusia dan manusia hanya diperintah untuk mengabdi kepadaNya.

Dalam actionnya terbukti memang manusialah yang memiliki potensi merubah dan memajukan tata kehidupan ini, manusia mampu menduplikasi ciptaan Allah dalam bentuk-bentuk mesin yang meringankan kehidupan. Dari memperhatikan hewan-hewan yang sembuh dari sakitnya manusia bisa menemukan jenis pengobatan herbal, dari memperhatikan burung dan capung manusia mampu membuat pesawat terbang dasn hellycopter, dari memperhatikan ikan manusia bisa……


mencipta kapal, dari memperhatikan gaya komunikasi tawon manusia bisa mencipta alat komunikasi tanpa kabel, dari melihat matahari dan bulan manusia berpikir dan menduplikasi pencahayaan lewat temuan lampu pijar dengan segala perkembangannya dan lain-lain. Pendek kata manusia telah terbukti  bisa membuktikan “keberakalannya” disbanding makhlukj yang lain.

Sayang “keberakalan” manusia sering tidak diimbangi dengan memperhatikan “Quick Guide” yang telah dititipkan lewat “agen-agen” yang dipersiapkan penciptanya. Ibarat beli sebuah produk computer, banyak yang asal pakai, tidak memeperhatikan bagaimana panduan pemakaian sehingga cara charger batrey dilakukan tanpa aturan, cara mempbersikan fisik dilakukan tanpa melihat jenis cairan yang digunakan, demikian pula jika sudah dioperasionalkan maka scanner antivirus yang direkomendasi pun tidak diperhatikan, akibatnya computer “remuk, tak berfungsi maksimal dan pension sebelum masanya”.

Allah Bermaksud Baik

Kecilnya manusia dibanding makhluq lain lalu diperintahkan ibadah tidaklah berlebihan jika kita ibaratkan orang yang sedang terdampar di pulai kecil dan terpencil lalu butuh pertolongan dan mencoba cari perhatian lewat cermin kecil yang dipantul-pantulkan ke cahaya matahari untuk menarik perhatian Tuhan. Tidak kita ingkari, manusia dalam kehidupannya banyak menghadapi aneka macam problem seiring dengan banyaknya keinginan yang ada di benaknya. Dan fitrah itu telah sangat dipahami Allah sehingga manusia diperintahkan minta perhatianNya lewat Jlr. USAHA SABAR dan Jlr. SUJUD SATI (shalat sampai mati).

Ilmu dan Manusia

                Ada ungkapan para ahli hikmah bahwa hidup adalah sebuah pilihan. Ungkapan ini “cukup laku di pasaran” bukan hanya karena dapat dibenarkan nalar tapi  memang sudah tertuang jelas dalam “buku panduan” kehidupan.

Jika yang harus dipilih manusia ini hanya normaly mungkin manusia tidak perlu menambah keilmuannya alias tidak lagi dibutuhkan bangku pendidikan. Tapi hidup ini progressif, ibarat orang towaf tidak ada satupun manusia yang kembali ke belakang, jangankan kembali kebelakang, seandainya mencoba tidak bergerak atau duduk saja maka dapat dipastikan terinjak, sakit dan bahkan mati. Begitulah kehidupan ini, jika ingin maju jangan biarkan pikiran terbuai oleh masa lalu. Apa yang sudah kita jalani kiranya hanya pas kita jadikan sebagai kaca spion mobil yang harusnya lebih kecil dari kaca depan, kaca depan memang harusnya lebih besar dan bisa memberikan pandangan yang luas sebebas gerakan mata kita,  kaca spion hanya boleh dilihat sebentar-sebentar saja untuk menyempurnakan arah ke depan.

Karena hidup ini maju kedepan maka belajar menjadi wajib dilakukan oleh semua manusia agar tidak menjadi manusia yang “kagetan” dan bingung menentukan arah yang harus ditempuh. Sayang dalam prakteknya dasar “mengapa manusia perlu belajar” ini tidak begitu dipegang erat hingga manusia banyak yang tidak sampai di Jlr. USAHA SABAR dan Jlr. SUJUD SATI tadi. Akibatnya banyak manusia yang tidak berdaya dan rusak terkapar diserang virus kehidupannya sendiri.

Kita dan Anti Virus

                Seluruh Ibadah manusia ini jika diringkas semua terkumpul dalam kalimat  : Subhanallah Walhamdulillahi Walaa Ilaaha Illa Allah. Nabi sendiri juga menyatakan :

أحب الكلام الى الله أربع، لايضرّك بأيهنّ بدأت : سبحان الله والحمدلله ولآاله الاالله والله أكبر. رواه مسلم

Banyak yang mungkin belum memperhatikan bahwa diam-diam jika kita lakukan shalat wajib 5 waktu itu plus wirid-wirid yang diajarkan ternyata kita sudah baca Allahu Akbar tidak kurang dari 457 kali, Alhamdulillah 365 kali, Subhanallah 348 kali  dan Laa Ilaaha Illa Allah 895 kali. Itu baru jika kita shalat, belum kalau haji dan ibadah-ibadah yang lain. Mengapa sampai diulang ratusan kali dan bagaimana kalimat tersebut bisa disebut sebagai antivirus manusia.

Virus manusia adalah keakuan serta kecenderungannya yang sangat kuat dalam mengikuti hawa nafsu sehingga kurang dalam menghargai orang lain. Kita juga mungkin sudah lama dikenalkan pada penyakit hati  yang bernama : Iri, dengki, sombong, munafik, syirik, riya’, bohong, dendam dan hasut. Semua itu rontok jika kita mau menscanner dengan antivirus ”ahabbul-kalam” di atas.

Ramdhan dan Idul Fithri

Scanner Antivirus mestinya tidak untuk ditulis tapi langsung praktek, karena tulisan tidak bisa banyak memberikan gambaran tentang bagaimana processing scanner tersebut. Tulisan hanya bisa mengingatkan bahwa Subhanallah itu artinya Allah Maha Suci dan implementasinya ini mestinya mengantarkan hati kita bahwa dalam kehidupan ini tidak ada yang suci dan bersih secara sempurna, jangan menuntut orang di luar diri kita untuk tampil sempurna sesuai yang kita harapkan, sebaliknya justru tuntutlah diri sendiri untuk berbuat maksimal. Hal ini akan mencetak kepribadian kita sebagai sosok yang ”jembar” dan tidak terlalu menuntut keluar dengan melupakan diri sendiri.

Alhamdulillah. Segala pujian hanyalah milik Allah. Kita mungkin sering sudah membantu dan berbuat maksimal tapi tanggapan dari orang yang kita bantu justru menyakitkan hati dan itulah virus. Aktif dalam bidang apapun sebaiknya kita lakukan untuk dan demi Allah semata agar kita tidak gampang sakit dan patah. Sebaliknya jika kita pernah ”tidak dimaturnuwuni” itu sakit, kiranya cukuplah itu sebagai catatan bahwa berterima kasih kepada orang lain itu perlu, kita jangan menuntut untuk ”dimaturnuwuni” sebaliknya kita harus bisa ”maturnuwun”. Bukankah nabi juga pernah bilang ”Lam Yasykurillah Man Lam Yasykurin Naas”. Dengan demikian, jika Subhanallah untuk menjaga diri maka Alhamdulillah untuk menjaga agar tetap baik pada orang di luar diri kita.

Tidak terasa kita telah membaca Alhamdulillah 365 dalam sehari lalu kita teriakkan Allahu Akbar. 365 adalah jumlah hari dalam setahun kiranya tidak berlebihan jika kita maknakan ini adalah pesan bahwa jangan pernah ada hari yang kita lewatkan tanpa bersyukur. Jika hari-hari sudah kita isi dengan bertasbih dan bersyukur maka distulah kita merdeka dan layak menyatakan Laa Ilaaha Illa Allahu Wallahu Akbar : tidak ada tuhan selain Allah dialah yang maha Besar. Kita merdeka karena tidak lupa bahwa yang suci bersih secara mutlak adalah Allah, jangan menuntut ada duanya, jika kita selalu menuntut ada duanya maka tidak layak kita pekikkan kalimat Tahlil. Demikian juga jika kita minta ”dimaturnuwuni” berarti menganggap diri ini besar, padahal kita hanyalah seperti ”sebutir pasir di laut, sangat kecil, tidak pas jika kita teriakkan takbir sementara diam-diam kita merasa besar minta dihormati. Bertakbirlah dan biarkan Allah yang menata penghormatan itu.

Semoga kita bisa memenej 10 hari pertama dalam Ramadhan sebagai kelulusan kita dalam menyelesaikan pemahaman dan mengejawantahkan makna Subhanallah dalam kehidupan kita, 10 hari kedua Alhamdulillah dan 10 hari terahir Laa Ilaaha Illa Allahu dan begitu kita selesaikan 3 tahapan tersebut kita layak Takbiran. Semoga kita juga langsung bisa menerapkan saat takbir di rekaat pertama 7 kali kita processing scanner dengan penuh rasa dan 5 kali dalam rekaat kedua dalam shalat ’Idul Fitri, supaya hari itu betul-betul kita sudah bebas virus.  Wallahu A’lam.

Maraji’

1. Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, yang Maha Suci, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Aljumu’ah [62] : 1)

dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat [51] : 56)

bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri. meskipun Dia mengemukakan alasan-alasannya. (QS. Alqiyamah [75] : 14-15)

162. Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. 163. tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (QS. Al-An’am [06] : 162-163)

¨34. Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok[1187]. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman [31] : 34)

افتحو على صبيانكم أول كلمة لآاله الاالله ولقنوهم عندالموت لآاله الاالله – رواه البيهقي

44. mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? (QS. Albaqarah [2] : 44)

41. tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya[1043], dan Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS. Annur [24] : 41)

Laman: 1 2